Dini Hingga Kini


Pilihan kuliah dalam bidang film memiliki runtutan alasan yang menyenangkan dan tidak terlupakan. Saat kecil di bangku TK cita - cita saya adalah menjadi tentara, itu dibuktikan dengan keseriusan saya pada waktu itu mengkoleksi pakaian loreng dan juga bersekolah di TK Kartika ( yang katanya komplek rumah tentara). Cita - cita SD berlanjut pada bidang menggambar dan berkesenian. Sempat terpikir menjadi pelukis dan hal lainnya yang berhubungan dengan menggambar. Di masa itu saya aktif dan fokus menggambar kaligrafi. Yaitu seni menggambar/ memperindah tulisan. Tulisan yang saya perindah adalah ayat-ayat Al-Quran. Kegemaran ini saya lanjutkan sampai SMP. Sempat sekali mencicipi juara satu tingkat SD di masjid perumahan Sukodono. Tepatnya di tahun 2006.




Semakin semangat untuk fokus dibidang lukis kaligrafi. Masa itupun berlanjut sampai SMA, tetapi tak bertahan lama setelah saya merasa bosan dan jenuh dengan gambar saya yang semakin kesini semakin buruk. Untuk karya yang terakhir di waktu SMP berakhir saya ingin sekali melukis di kanvas bagus+luas yang saya beli di Gramedia Jember :D

Ayat kursi ini setelah sempat ikut pameran di Lumajang, berakhir di dinding ruang tamu rumah saya.

Kuas, Cat, Kanvas, Pensil dan alat lukis/gambar lainnya saya tinggalkan.
SMA adalah masa penentuan pilihan ketika kita lulus nanti. Ilmu Pengetahuan Sosial adalah jurusan yang saya pilih. Terlepas dari pandangan orang mengenai IPS adalah jurusan bagi siswa yang kurang mampu di teori atau lebih tepatnya siswa malas dan nakal. Saya pilih IPS karena di lingkungan sekolah saya sudah terlalu banyak individu siswa maupun guru yang menginginkan siswa menjadi sangat super pandai yang nantinya bakal menjadi dokter, dan ilmu pengetahuan alam lainnya. Saya mengakui kalau kelemahan saya dibidang teori terutama fisika, kimia, matematika, bahasa asing (inggris). Padahal ilmu - ilmu tersebut adalah penting dan hampir semua. Ini membuat saya semakin bingung, mau dibawa kemana saya nanti? :D

Saya jujur di masa sekolah tidak sering atau tidak hobi menonton film. Tapi kenapa saya sekarang di membuat film?

Sebenarnya awal saya mempunyai niat membuat film adalah ketika di SMP. Saat kelas 8 di pelajaran Bahasa Indonesia, Tugas akhirnya berupa drama. Drama yang dibuat boleh dimainkan langsung atau pentas dan ditonton langsung, atau juga boleh didokumentasikan seperti berupa film. Kelompok saya karena banyak yang pemalu termasuk saya, memilih untuk didokumentasikan. Film yang akan kita buat berjudul NARANASI. Bercerita soal anak yang mencari uang untuk Ibunya yang sakit. (seingat saya seperti itu). Film itu kita buat dengan susah payah dan bermodal camera digital (pocket). Seharian kita mengerjakannya, dan dilanjut dimeja editing di computer rumah. Saya mengedit dengan "Movie Maker" yaitu aplikasi bawaan Windows. Dengan seadanya saya kerjakan tanpa pengalaman sebelumnya. Biasalah pengumpulannya adalah di H-1, dan saya belum selesai menjadikan editan video kebentuk jadi. Ketidak mampuan itu membuat saya memilih untuk mengcopy paste file editan dalam bentuk masih file move maker ke CD. dan besoknya saya kumpulkan. Nyatanya sampai kenaikan kelas 9, film kami tidak pernah diputar maupun ditanggapi, anehnya lagi nilai kami keluar meskipun kami saya tidak tahu hasil jadi film tersebut. Kejadian itulah yang memicu saya untuk berniat membuat film yang bakal ditonton banyak orang. Semangat ini saya bawa hingga SMA.

Kebingungan saya untuk melanjutkan kemana setelah lulus SMA terpecahkan ketika di tahun 2011. Di saat saya kelas 10 (satu SMA) ada kegiatan workshop film pendek dari komunitas Societo Universitas Brawijaya Malang. Workshop dengan tema "Jangan Takut Bikin FIlm" ini membuka mata saya bahwa ada juga film yang mudah dibuat dengan durasi pendek dan proses yang pednek. Dalam hari itu diadakan juga seperti kompetisi kecil, yaitu membuat film pendek dengan tema "Jangan...". Yang akhirnya meyakinkan saya untuk membuat film di kemudian harinya adalah ketika film di kelompok saya menang atau terbaik dari kelompok lainnya.

Setelah Workshop tersebut, saya sering membuat film pendek yang saya kirim sendiri ke perlombaan maupun festival. Saya merasa malu dan putus asa dengan karya saya, karena tidak ada satupun yang lolos. Semangat ini mulai turun. Film dengan Judul "Habis Terang Terbitlah Gelap" yang saya buat dengan bantuan kakak kelas akhirnya lolos di Festival Film Pelajar Indonesia ke III.


Tahun 2012 setelah Ujian Semester. Saya ditemani Ibu saya berengkat ke Jakarta. Senang diluar dugaan. Film pendek yang dibuat dengan sangat sederhana bisa membawa saya liburan ke Jakarta, lebih tepatnya ke kampus Institut Kesenian Jakarta. Juara III saya dapat, dan itu pun sudah membuat saya bangga atas capaian itu. Mendapat Sertifikat yang nantinya bisa digunakan sebagai tiket masuk ke Institut Kesenian Jakarta membuat pandangan setelah lulus SMA semakin terbuka lebar. Sepulangnya Saya berniat dan memfokuskan film sebagai bidang yang saya akan pelajari dan saya ambil setelah lulus.

Pertimbangan ekonomi membuat saya tidak jadi kuliah di Jakarta. Jalur undangan menerima saya di Universitas Negeri Jember dengan bidang tv&film. Namun saya juga diterima di Institut Seni Indonesia Surakarta di bidang yang sama. Saya memilih Solo untuk menjadi tahapan studi berikutnya. Sampai sekarang saya masih menjadi mahasiswa ISI Solo. Banyak persoalan dan pengalaman lainnya yang ingin saya bagikan, di masa sekolah maupun dimasa kuliah.
*sabar :D






0 komentar:

Posting Komentar